TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat data perekonomian di Tanah Air masih menunjukkan pemulihan yang terus berlanjut. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi global terutama di negara-negara ekonomi utama dunia seiring dengan laju vaksinasi dan penanganan pandemi.
Meski begitu, OJK juga menyebutkan ada sejumlah risiko yang harus diwaspadai belakangan ini. "Antara lain potensi kenaikan laju kasus harian karena varian baru di tengah kelangkaan stok vaksin dan tekanan inflasi dari sisi penawaran," ujar Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam keterangan tertulis, Rabu, 23 Juni 2021. "Dan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih dini."
Di tengah perkembangan tersebut, pasar keuangan domestik dilaporkan tetap terjaga stabil. Indeks harga saham gabungan atau IHSG hingga 18 Juni 2021 tercatat ke level 6.007 atau menguat 1,0 persen mtd, sejalan dengan perkembangan pasar saham negara berkembang lainnya.
Selain itu, pasar SBN terpantau menguat dengan rerata yield SBN turun 12 bps di seluruh tenor. Investor nonresiden juga mencatatkan net buy sebesar Rp 3,89 triliun di pasar saham dan Rp 21,09 triliun di pasar SBN.
Adapun kredit perbankan pada bulan Mei 2021 meningkat sebesar Rp 32,23 triliun namun secara tahunan masih terkontraksi sebesar -1,23 persen yoy dengan nilai kontraksi yang semakin kecil.
"Perbaikan ini meneruskan tren positif selama empat bulan ke belakang seiring berjalannya stimulus Pemerintah, OJK, dan otoritas terkait lainnya," ujar Anto.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) kembali mencatatkan pertumbuhan double digit sebesar 10,73 persen yoy. Dari sisi suku bunga, transmisi kebijakan penurunan suku bunga telah diteruskan pada penurunan suku bunga kredit yang cukup kompetitif, khususnya untuk kredit korporasi.
Rata-rata tertimbang suku bunga modal kerja korporasi tercatat menurun dari 8,66 persen menjadi 8,52 persen dengan pengenaan premi risiko yang konsisten dengan rating masing-masing korporasi, bahkan sejumlah korporasi mendapatkan suku bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan yield surat utang korporasi yang diterbitkan untuk durasi yang proporsional.